PENYEBAB DAN PATOLOGI
Diskus intervertebralis merupakan jaringan yang terletak antara kedua tulang vertebra, dilingkari oleh anulus fibrosus yang terdiri atas jaringan konsentrik dari fibrokartilago dimana di dalamnya terdapat substansi setengah cair Nukleus pulposus terdiri dari jaringan kolagen yang hiperhidrasi dengan protein polisakarida yang tidak mempunyai saraf sensoris. Herniasi terjadi oleh karena adanya degenerasi atau trauma pada anulus fibrosus yang menyebabkan protrusi dari nukleus pulposus. Herniasi bisa terjadi pada daerah kostolateral yang menyebabkan ligamentum longitudinal posterior tergeser dan menekan akar saraf yang keluar sehingga menimbulkan gejala skiatika. Herniasi dapat juga ke arah posterior yang hanya menyebabkan gejala nyeri punggung bawah. Melalui lempeng tulang korpus vertebra membentuk nodus Schmorl.
Gambaran klinis
Herniasi diskus vertebra lumbalis biasanya menyebabkan nyeri punggung bawah dengan atau tanpa disertai skiatika atau mungkin hanya berupa nyeri punggung bawah yang bersifat kronik dengan skiatika dimana nyeri menjalar mulai dari punggung bawah ke bokong sampai ke tungkai bawah.
Gejala klinis yang dapat ditemukan berupa:
1. Nyeri punggung bawah yang hebat, mendadak, menetap beberapa jam sampai beberapa minggu secara perlahan-lahan
2. Skiatika berupa rasa nyeri hebat pada satu atau dua tungkai sesuai dengan distribusi akar saraf dan menjadi hebat bila batuk, bersin atau membungkuk
3. Parestesia yang hebat dapat disertai dengan skiatika sesuai dengan distribusi saraf dan mungkin terjadi sesudah gejala nyeri saraf menurun
4. Deformitas berupa hilangnya lordosis lumbal atau skoliosis oleh karena spasme otot lumbal yang hebat
5. Mobilitas gerakan tulang belakang berkurang. Pada stadium akut gerakan pada bagian lumbal sangat terbatas, kemudian muncul nyeri pada saat ekstensi tulang belakang.
6. Nyeri tekan pada daerah herniasi dan pada daerah paravertebral atau bokong.
7. Uji menurun Laseque atau uji Straight-Leg Raising (SLR). Tes ini akan menunjukkan derajat terbatasnya dan besarnya tekanan pada akar saraf. Dinyatakan positif kiri atau kanan sesuai dengan tingkat keterbatasan tes ini (gambar 3).
8. Tes tegangan saraf femoral. Pada herniasi diskus vertebra L3/4, fleksi pada sendi lutut secara pasif dalam posisi telungkup akan menyebabkan nyeri pada paha bagian depan.
9. Gejala neurologis pada tungkai, berupa kelemahan otot, perubahan refleks dan perubahan sensoris yang mengenai akar saraf (tabel 1)
Tabel 1. Gejala neurologis herniasi diskusvertebra lumbal
Akar saraf |
Kelemahan otot | Perubahan refleks |
Perubahan sensoris |
L 2 | Fleksi sendi panggul |
Tidak ada/penurunan |
Paha bagian lateral |
L 3 |
- Fleksi panggul |
Penurunan gerakan lutut |
Paha bagian medial |
L 4 |
Inversi dan dorso |
Penurunan gerakan lutut |
Tungkai bawah bagian medial |
L 5 |
- Dorso fleksi ibu jari Kaki |
Penurunan atau tidak ada |
- Tungkai bawah bagian lateral |
S 1 |
- Plantar fleksi kaki |
Penurunan gerakan |
Tungkai bawah bagian lateral |
Insidens
Herniasi Bering ditemukan pada daerah antara L5S1 dan L45. Kelainan ini umumnya terjadi pada penderita umur 20-45 tahun.
Diagnosis
Pemeriksaan pada penderita dengan kecurigaan adanya herniasi diskus berupa:
1. Pemeriksaan klink
Pada punggung, tungkai dan abdomen. Pemeriksaan rektal dan vaginal untuk menyingkirkan kelainan pada pelvis.
2. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan adalah:
- Foto polos
- Foto polos posisi AP dan lateral dari vertebra lumbal dan panggul (sendi sakro-iliaka), Foto polos bertujuan untuk melihat adanya penyempitan diskus, penyakit degeneratif, kelainan bawaan dan vertebra yang tidak stabil (spondilolistesis).
- Pemakaian kontras
Foto rontgen dengan memakai zat kontras terutama pada pemeriksaan mielografi khususnya radikulografi, diskografi serta kadang-kadang diperlukan venografi spinal.
- MRI
Merupakan pemeriksaan non-invasif, dapat memberikan gambaran secara seksional pada lapisan melintang dan longitudinal. Pada saat ini MRI merupakan pemeriksaan pilihan
- Scanningtulang
Scanning tulang dilakukan dengan menggunakan bahan radioisotop (SR dan F). Pemeriksaan ini terutama untuk menyingkirkan kelainan seperti penyakit Paget.
3. Pemerikaan laboratorium
- Pemeriksaan urin untuk menyingkirkan kelainan-kelainan pada saluran kencing
- Pemeriksaan darah yaitu laju endap darah dan hitung diferensial untuk menyingkirkan tumor gangs, infeksi dan penyakit reumatik
Pengobatan
Tindakan pengobatan yang dapat diberikan tergantung dari keadaan, yaitu:
1. Pengobatan konservatif pada lesi diskus akut
- Istirahat sempurna di tempat tidur, 1-2 minggu dengan pemberian analgetik yang cukup
- Kadang-kadang diperlukan obat-obatan untuk mencegah spasme, pemanasan lokal atau anestesia lokal paravertebra
- Penderita tidur pada alas yang keras
- Pada saat ini tidak diperbolehkan latihan sama sekali, bila penderita dirawat dapat di anjurkan untuk menggunakan traksi
- Pada fase akut dapat diberikan jaket plaster dari politen selama 23 minggu
- Injeksi epidural dengan 0,5% prokain dalam 50 cc NaCI fisiologis
- Dapat dimulai latihan lumbal secara hati-hati apabila fase akut berakhir setelah 23 minggu
2. Pengobatan konservatif pada fase subakut dan kronik
- Fisioterapi
- Lathan fleksi dan ekstensi tulang belakang yang mungkin didahului dengan diatrermi gelombang pendek
- Mobilisasi penderita dapat dilakukan dengan manipulasi yang hati-hati tanpa anestesi
- Instruksi untuk mempergunakan posisi yang benar dan disiplin terhadap gerakan punggung yaitu membungkuk dan mengangkat barang
- Pemakaian alat bantu lumbo-sakral berupa korset dan penyangga
- Traksi lumbal yang bersifat intermiten
-
3. Tindakan operatif dilakukan pada keadaan-keadaan berikut:
- Kelainan pada kauda ekuina disertai dengan kelemahan yang hebat, bersifat bilateral, gangguan dan kelemahan pada sfingter usus dan kandng kemih
- adanya analgesia pelana pada bokong dan daerah perineal
kelemahan otot yang progresif oleh karena tekanan pada akar saraf atau adanya tanda-tanda atrofi pada otot yang dipersarafi
- Adanya skiatika yang menetap dengan gejala neurologic, tidak menghilang dengan terapi konservatif dan waktu patokan biasanya 6 minggu
- Adanya lesi yang hebat disertai kelainan bawaan atau spondilolistesis yang hebat. Cara operasi dapat dilakukan secara terbuka tetapi akhir-akhir ini operasi pada herniasi diskus dilakukan secara tertutup dengan mempergunakan alat dan teropong.
PENYEBAB DAN PATOLOGI
Diskus intervertebralis merupakan jaringan yang terletak antara kedua tulang vertebra, dilingkari oleh anulus fibrosus yang terdiri atas jaringan konsentrik dari fibrokartilago dimana di dalamnya terdapat substansi setengah cair Nukleus pulposus terdiri dari jaringan kolagen yang hiperhidrasi dengan protein polisakarida yang tidak mempunyai saraf sensoris. Herniasi terjadi oleh karena adanya degenerasi atau trauma pada anulus fibrosus yang menyebabkan protrusi dari nukleus pulposus. Herniasi bisa terjadi pada daerah kostolateral yang menyebabkan ligamentum longitudinal posterior tergeser dan menekan akar saraf yang keluar sehingga menimbulkan gejala skiatika. Herniasi dapat juga ke arah posterior yang hanya menyebabkan gejala nyeri punggung bawah. Melalui lempeng tulang korpus vertebra membentuk nodus Schmorl.
Gambaran klinis
Herniasi diskus vertebra lumbalis biasanya menyebabkan nyeri punggung bawah dengan atau tanpa disertai skiatika atau mungkin hanya berupa nyeri punggung bawah yang bersifat kronik dengan skiatika dimana nyeri menjalar mulai dari punggung bawah ke bokong sampai ke tungkai bawah.
Gejala klinis yang dapat ditemukan berupa:
1. Nyeri punggung bawah yang hebat, mendadak, menetap beberapa jam sampai beberapa minggu secara perlahan-lahan
2. Skiatika berupa rasa nyeri hebat pada satu atau dua tungkai sesuai dengan distribusi akar saraf dan menjadi hebat bila batuk, bersin atau membungkuk
3. Parestesia yang hebat dapat disertai dengan skiatika sesuai dengan distribusi saraf dan mungkin terjadi sesudah gejala nyeri saraf menurun
4. Deformitas berupa hilangnya lordosis lumbal atau skoliosis oleh karena spasme otot lumbal yang hebat
5. Mobilitas gerakan tulang belakang berkurang. Pada stadium akut gerakan pada bagian lumbal sangat terbatas, kemudian muncul nyeri pada saat ekstensi tulang belakang.
6. Nyeri tekan pada daerah herniasi dan pada daerah paravertebral atau bokong.
7. Uji menurun Laseque atau uji Straight-Leg Raising (SLR). Tes ini akan menunjukkan derajat terbatasnya dan besarnya tekanan pada akar saraf. Dinyatakan positif kiri atau kanan sesuai dengan tingkat keterbatasan tes ini (gambar 3).
8. Tes tegangan saraf femoral. Pada herniasi diskus vertebra L3/4, fleksi pada sendi lutut secara pasif dalam posisi telungkup akan menyebabkan nyeri pada paha bagian depan.
9. Gejala neurologis pada tungkai, berupa kelemahan otot, perubahan refleks dan perubahan sensoris yang mengenai akar saraf (tabel 1)
Tabel 1. Gejala neurologis herniasi diskusvertebra lumbal
Akar saraf |
Kelemahan otot | Perubahan refleks |
Perubahan sensoris |
L 2 | Fleksi sendi panggul |
Tidak ada/penurunan |
Paha bagian lateral |
L 3 |
- Fleksi panggul |
Penurunan gerakan lutut |
Paha bagian medial |
L 4 |
Inversi dan dorso |
Penurunan gerakan lutut |
Tungkai bawah bagian medial |
L 5 |
- Dorso fleksi ibu jari Kaki |
Penurunan atau tidak ada |
- Tungkai bawah bagian lateral |
S 1 |
- Plantar fleksi kaki |
Penurunan gerakan |
Tungkai bawah bagian lateral |
Insidens
Herniasi Bering ditemukan pada daerah antara L5S1 dan L45. Kelainan ini umumnya terjadi pada penderita umur 20-45 tahun.
Diagnosis
Pemeriksaan pada penderita dengan kecurigaan adanya herniasi diskus berupa:
1. Pemeriksaan klink
Pada punggung, tungkai dan abdomen. Pemeriksaan rektal dan vaginal untuk menyingkirkan kelainan pada pelvis.
2. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan adalah:
- Foto polos
- Foto polos posisi AP dan lateral dari vertebra lumbal dan panggul (sendi sakro-iliaka), Foto polos bertujuan untuk melihat adanya penyempitan diskus, penyakit degeneratif, kelainan bawaan dan vertebra yang tidak stabil (spondilolistesis).
- Pemakaian kontras
Foto rontgen dengan memakai zat kontras terutama pada pemeriksaan mielografi khususnya radikulografi, diskografi serta kadang-kadang diperlukan venografi spinal.
- MRI
Merupakan pemeriksaan non-invasif, dapat memberikan gambaran secara seksional pada lapisan melintang dan longitudinal. Pada saat ini MRI merupakan pemeriksaan pilihan
- Scanningtulang
Scanning tulang dilakukan dengan menggunakan bahan radioisotop (SR dan F). Pemeriksaan ini terutama untuk menyingkirkan kelainan seperti penyakit Paget.
3. Pemerikaan laboratorium
- Pemeriksaan urin untuk menyingkirkan kelainan-kelainan pada saluran kencing
- Pemeriksaan darah yaitu laju endap darah dan hitung diferensial untuk menyingkirkan tumor gangs, infeksi dan penyakit reumatik
Pengobatan
Tindakan pengobatan yang dapat diberikan tergantung dari keadaan, yaitu:
1. Pengobatan konservatif pada lesi diskus akut
- Istirahat sempurna di tempat tidur, 1-2 minggu dengan pemberian analgetik yang cukup
- Kadang-kadang diperlukan obat-obatan untuk mencegah spasme, pemanasan lokal atau anestesia lokal paravertebra
- Penderita tidur pada alas yang keras
- Pada saat ini tidak diperbolehkan latihan sama sekali, bila penderita dirawat dapat di anjurkan untuk menggunakan traksi
- Pada fase akut dapat diberikan jaket plaster dari politen selama 23 minggu
- Injeksi epidural dengan 0,5% prokain dalam 50 cc NaCI fisiologis
- Dapat dimulai latihan lumbal secara hati-hati apabila fase akut berakhir setelah 23 minggu
2. Pengobatan konservatif pada fase subakut dan kronik
- Fisioterapi
- Lathan fleksi dan ekstensi tulang belakang yang mungkin didahului dengan diatrermi gelombang pendek
- Mobilisasi penderita dapat dilakukan dengan manipulasi yang hati-hati tanpa anestesi
- Instruksi untuk mempergunakan posisi yang benar dan disiplin terhadap gerakan punggung yaitu membungkuk dan mengangkat barang
- Pemakaian alat bantu lumbo-sakral berupa korset dan penyangga
- Traksi lumbal yang bersifat intermiten
-
3. Tindakan operatif dilakukan pada keadaan-keadaan berikut:
- Kelainan pada kauda ekuina disertai dengan kelemahan yang hebat, bersifat bilateral, gangguan dan kelemahan pada sfingter usus dan kandng kemih
- adanya analgesia pelana pada bokong dan daerah perineal
kelemahan otot yang progresif oleh karena tekanan pada akar saraf atau adanya tanda-tanda atrofi pada otot yang dipersarafi
- Adanya skiatika yang menetap dengan gejala neurologic, tidak menghilang dengan terapi konservatif dan waktu patokan biasanya 6 minggu
- Adanya lesi yang hebat disertai kelainan bawaan atau spondilolistesis yang hebat. Cara operasi dapat dilakukan secara terbuka tetapi akhir-akhir ini operasi pada herniasi diskus dilakukan secara tertutup dengan mempergunakan alat dan teropong.